Senin, 25 Januari 2010

Tentang Kerja Fisik

Tentang Kerja Fisik

Setelah sekian lama bekerja di balik meja cukup mengagetkan untuk tiba-tiba harus kembali bekerja di lapangan menunggui pemboran. Di kantor sebagian besar waktuku kuhabiskan duduk di balik meja, menghadapi komputer canggih berlayar dobel besar-besar, sembari jemari menggenggam dan mengklik-klik mouse atau memenceti tuts-tuts keyboard. Berjalan hanya kulakukan dari rmah ke dalam garasi, lalu dari tempat parkir ke dalam gedung. Dari lantai dasar ke lantai empat tempatku bekerja aku biasanya menggunakan lift.

Lalu tiba-tiba di anjungan pemboran aku harus melakukan banyak kegiatan fisik. Di Charley Graves setiap hari aku harus mendaki dan menuruni 150 anak tangga (kira-kira setara 7 lantai) dari bagian akomodasi ke menara bor dan sebaliknya, minimal 4 kali sehari. Pertama pagi-pagi ketika aku naik ke mudlogging unit untuk memeriksa hasil pekerjaan rekan juniorku yang bekerja malam hari (di Charley Graves aku bekerja siang hari). Lalu turun untuk mengikuti rapat dengan Company Man dan ber-conference call dengan kantor pusat. Lalu naik lagi untuk melakukan tugasku memonitor pemboran. Lalu turun untuk makan siang. Lalu naik lagi dan akhirnya turun pada saat giliran kerjaku habis.

Selain itu jelas pada saat membutuhkan toilet aku harus juga turun ke bagian akomodasi dan kembali naik lagi. Sebetulnya ada toilet yang lebih dekat, kira-kira hanya 70 anak tangga jauhnya. Tapi toilet umum itu adalah toilet pria dan seringkali kondisinya lebih jorok daripada toilet perempuan. Daripada harus menggunakan fasilitas toilet publik untuk pria yang kotor, aku lebih memilih sedikit lebih lelah :)

Di Ocean Sovereign ini jarak antara kantor dan dua tempatku bekerja lainnya tidaklah terlalu jauh, karena rig ini ukurannya juga cukup mungil. Tetapi masih juga dibutuhkan cukup banyak tenaga untuk berjalan antara tempat satu dan tempat lainnya. Dan sebagian besar merupakan anak tangga! :)

Selain naik dan turun tangga, pekerjaanku juga mengharuskanku untuk banyak mengangkat barang berat. Misalnya pada saat coring. Core adalah contoh batuan yang diambil sembari membor lubang sumur. Bentuknya silinder. Diameternya beragam sesuai besar lubang sumur yang sedang digali, dan panjangnya bisa 60 kaki (sekitar 20 meter), 90 kaki atau 120 kaki, atau mungkin lebih. Setelah selesai dipotong batuan tersebut harus dikeluarkan, dipotong dan dilabeli kedalamannya, lalu dimasukkan ke dalam kotak-kotak kayu. Memang sebagai geologiwan aku bisa saja memilih untuk hanya melabeli saja, dan selanjutnay menonton para mudlogger memasukkan core ke dalam kotak-kotaknya. Tapi aku merasa seorang pimpinan harus bekerja bersama anak buah. Maka ikutlah aku berpeluh-peluh menggeret dan menggotong bebatuan itu.

Maka badan pun sering terasa penat sekali, bagian punggung, kaki dan pundak terutama. Tetapi bila dibandingkan dengan nyeri punggung yang disebabkan karena duduk di muka komputer selama berjam-jam, kelelahan punggung akibat bekerja fisik sangat lebih menyenangkan. Karena setelah mandi dengan air panas dan tidur biasanya rasa lelah langsung hilang.

Yang jelas ada satu keuntungan dengan bekerja fisik seperti ini. Pada saat 'break' di darat antara pekerjaan di Charley Graves dengan di Ocean Sovereign aku melakukan medical check up. Pada saat jantungku dimonitor dengan peralatan EKG sambil berlari-lari di treadmill sang dokter sempat bertanya, "Mbak, olahragawati ya?" Lho, aku ini justru merasa bersalah sekali karena sudah lama sekali meninggalkan kegiatan rutin berolahraga seminggu dua kali yang dulu pernah kujalani. "Wah, enggak tuh dok. Malah saya jarang sekali olahraga." Sang dokter terheran-heran, "Wah, pasti hidup mbak aktif sekali deh." Barulah aku teringat, baru saja pulang dari berminggu-minggu bekerja di rig, dengan mendaki 7 lantai sedikitnya 4 kali sehari. Bayangkan 28 lantai dalam sehari. Mungkin kegiatanku seminggu aku di sana bisa dianalogikan dengan naik Monas lewat tangga! :)

Laut Natuna, 1 Oktober 2004
PS. Pengalaman terakhirku bekerja menggunakan otot adalah ketika menjadi tukang parkir selama beberapa hari saat kuliah di Royal Holloway dua tahun yang lalu. Di panas terik mengatur dan mendorong-dorong kendaraan. Demi tambahan uang saku. Supaya bisa ikut minum-minum di pub tanpa harus mengurangi makan :D

http://my-musings.blogdrive.com/archive/43.html

Sabtu, 23 Januari 2010

Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi

Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi


Kegiatan Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi meliputi studi geologi dan geofisika, survei seismik, dan pemboran eksplorasi. Kegiatan ini merupakan upaya untuk menemukan cadangan baru migas baik di wilayah kerja yang sudah berproduksi maupun di wilayah kerja yang belum berproduksi.

Sepanjang tahun 2006 telah dilakukan survei seismik 2D sepanjang 10.692 km atau 66% dari yang direncanakan. Sebagian besar survei yakni sepanjang 7.513 km dilakukan di wilayah kerja yang belum berproduksi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi geologi pada wilayah kerja yang belum berproduksi masih cukup atraktif bagi investor. Disamping itu juga telah dilaksanakan survei seismik 3D seluas 2.374 km2 atau 31% dari rencana awal. Realisasi survei seismik 3D lebih banyak dilakukan di wilayah kerja produksi, yaitu seluas 1.320 km2, yang berarti menunjukkan adanya peningkatan aktivitas pengembangan lapangan baru.

Pada tahun 2006 juga ada komitmen eksplorasi dari investor baru senilai US$ 351,1 juta yang akan direalisasi pada tahun-tahun mendatang. Dana sebesar itu akan digunakan untuk membiayai studi geologi dan geofisika, survei seismik, dan pemboran sumur eksplorasi.
Kendala utama kegiatan survei seismik adalah sulitnya memperoleh kapal seismik akibat meningkatnya permintaan pada saat harga minyak tinggi, masalah membebaskan lahan untuk lintasan seismik dan panjangnya proses perijinan (untuk penggunaan bahan peledak dan ijin lokasi) serta masalah pendanaan pada investor baru nasional.


Grafik 1
Perkembangan Rencana vs Realisasi Seismik 2D dan 3 D

Pada tahun 2006 juga telah dilakukan pemboran eksplorasi sebanyak 82 sumur (58 sumur wildcat dan 24 sumur deliniasi) atau 47% dari rencana pemboran tahun 2006. Pemboran eksplorasi lebih banyak dilakukan di wilayah kerja produksi, yaitu sebanyak 58 sumur. Bila dibandingkan dengan jumlah pemboran sumur eksplorasi tahun 2005 sebanyak 56 sumur, maka terjadi peningkatan pemboran eksplorasi sebesar 46%. Realisasi tahun 2006 ini merupakan yang tertinggi dalam 5 (lima) tahun terakhir.

Grafik 2
Perkembangan Realisasi Pemboran Sumur Eksplorasi


Terdapat beberapa hal yang menjadi kendala untuk merealisasikan kegiatan eksplorasi, yakni (a) sulitnya memperoleh kontrak rig pemboran yang sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan, (b) banyaknya masalah subsurface selama pemboran sehingga menambah waktu hari kerja pemboran, (c) faktor cuaca yang menyebabkan kegiatan terhambat, (d) beberapa investor baru tidak mempunyai cukup dana dan masih mencari partner bisnis, dan (e) munculnya berbagai masalah di seputar pembebasan lahan dan tumpang tindih lahan antara lain dengan kehutanan dan perkebunan.

Penemuan cadangan minyak dan gas bumi baru hasil eksplorasi pada tahun 2006 adalah 1,23 miliar barel minyak dan 1,37 triliun kaki kubik gas atau total setara 1,47 miliar barel minyak, di mana sebagian besar (984 juta barel setara minyak) ditemukan di wilayah kerja yang belum berproduksi. Total penemuan cadangan migas pada tahun ini lebih besar dari jumlah yang diproduksikan (871 juta barel setara minyak).
Dari 31 Kontraktor KKS yang mempunyai komitmen pasti (firm commitment) sesuai dengan KKS, tercatat 16 kontraktor telah memenuhi komitmen eksplorasi di tahun 2006 sedangkan 15 sisanya belum memenuhi komitmen. Kontraktor KKS yang tidak memenuhi komitmen eksplorasi tersebut pada umumnya merupakan perusahaan baru yang kebanyakan juga mengalami kesulitan dalam pendanaan.


Grafik 3
Rencana dan Realisasi Pemboran
Sumur Eksplorasi dan Eksploitasi Tahun 2006



Kegiatan Eksploitasi
Terdapat 47 lapangan minyak dan gas baru yang mulai diproduksikan pada tahun 2006, di mana 24 lapangan merupakan lapangan minyak, 6 (enam) lapangan gas dan sisanya adalah lapangan minyak dan gas. Kapasitas produksi dari lapangan baru ini diperkirakan mencapai 69 ribu barel minyak per hari dan 172 juta kaki kubik gas per hari.

Untuk menambah produksi minyak dan gas baru di tahun-tahun mendatang, dalam tahun 2006 dilakukan pengembangan 19 lapangan minyak dan gas bumi baru, yang terdiri dari 4 (empat) lapangan minyak dan 4 (empat) lapangan gas serta sisanya merupakan lapangan minyak dan gas. Di samping itu juga telah disetujui 32 rencana pengembangan lapangan baru (PoD - Plan of Development) yang pelaksanaan pembangunannya dimulai pada tahun 2006 dan 2007.

Selama tahun 2006 telah dilakukan kegiatan pemboran pada 609 sumur pengembangan (eksploitasi) atau 79% dari yang direncanakan. Dibandingkan tahun 2005, jumlah pemboran sumur pengembangan meningkat 9%.

Kendala yang dihadapi kegiatan eksploitasi adalah sulitnya mendapatkan rig pemboran, pembebasan tanah, tumpang tindih lahan, dan masalah subsurface saat melakukan pemboran serta banjir pada lokasi-lokasi pemboran.

Investasi
Selama tahun 2006 pengeluaran yang dibelanjakan untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia berjumlah US$ 9,71 miliar, di mana sebagian besar pengeluaran (US$ 7,99 miliar) untuk wilayah kerja yang sudah produksi. Peningkatan pengeluaran pada wilayah kerja produksi terutama diakibatkan oleh adanya pengembangan lapangan-lapangan minyak dan gas bumi baru. Sedangkan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi yang dilakukan pada wilayah kerja yang belum produksi pada tahun tersebut tercatat sebesar US$ 1,72 miliar atau naik 47% dari tahun 2005. Peningkatan nilai investasi ini memberikan arti penting bagi kelangsungan produksi ataupun peningkatan cadangan minyak dan gas bumi di masa yang akan datang.

Tabel 1: Pengeluaran Biaya Kegiatan Usaha Hulu Migas (Juta US$)

Selama 5 (lima) tahun terakhir terjadi peningkatan pengeluaran terutama karena peningkatan kegiatan eksplorasi dan banyaknya lapangan minyak dan gas bumi baru yang dikembangkan. Selama kurun waktu ini terjadi peningkatan investasi rata-rata sebesar 41% per tahun. Peningkatan ini menunjukkan kondisi geologi Indonesia masih prospektif, iklim investasi cukup baik sehingga mendorong investasi baru, selain juga didorong oleh naiknya harga minyak dunia.


Tabel 2
Perkembangan Realisasi Nilai Investasi 2000 – 2006 (US$ Juta)

Namun demikian masih diperlukan perbaikan iklim usaha agar Indonesia memenangkan persaingan dalam menarik investor mengingat persaingan menarik investor semakin ketat antara satu negara dengan negara lain. Persoalan-persoalan yang bisa menurunkan daya saing seperti masalah tumpang tindih lahan, kepastian hukum, hambatan birokrasi, pengaruh negatif dari otonomi daerah dan lain sebagainya segera diatasi.

http://www.bpmigas.com/DOKUMEN/LAPORAN-BPMIGAS/2007/BAB1-2.html

Semburan gas disawah dan rawa : Fenomena Geologi yang membawa musibah atau berkah ?


Munculnya beberapa semburan gas di sawah dan pemukiman penduduk saat ini telah berdampak meningkatnya kekhawatiran masyarakat setempat karena trauma dengan kejadian semburan gas gunung lumpur panas Lapindo, Porong. Padahal, kejadian semburan gas ini (lazim disebut gas rawa) merupakan fenomena geologi yang umum di kawasan bekas sungai atau rawa purba. Pemetaan geologi kelautan sistematik di wilayah perairan dangkal Laut Jawa dan Selat Madura yang dilakukan oleh PPPGL sejak tahun 1990an memperlihatkan indikasi adanya sumber gas rawa atau gas biogenik yang terperangkap pada kantongkantong sedimen Holocene. Gas biogenik merupakan salah satu sumber energi baru yang murah dan lebih ramah lingkungan. Hasil analisa komposisi gas dari beberapa pemboran dangkal dikawasan pesisir menunjukkan kandungan gas metana (CH4) sebesar 2976,6 ppm.

Berdasarkan indikator jenis gas δ13C memperlihatkan kisaran antara –84‰ s/d –66‰. Dengan demikian, gas methan ini termasuk jenis gas biogenik, bukan gas petrogenik/termogenik yang berasal dari rembesan reservoir hidrokarbon. Secara teoritis,gas biogenic yang merembes keluar pada lubang bor dangkal dengan tekanan 23 Kg/m2 dapat menghasilkan energi listrik sebesar 0,5 KW/jam menggunakan generator yang khusus berbahan bakar methan.

1. CADANGAN MIGAS NASIONAL

Munculnya beberapa semburan gas di sawah dan pemukiman penduduk saat ini telah berdampak meningkatnya kekhawatiran masyarakat setempat karena trauma dengan kejadian semburan gas gunung lumpur panas Lapindo, Porong. Padahal, kejadian semburan gas ini (lazim disebut gas rawa) merupakan fenomena geologi yang umum di kawasan bekas sungai atau rawa purba.
Potensi energi dari minyak bumi di Indonesi diperkirakan mencapai 86,90 milyar barel, hampir 70% diantaranya terdapat di lepas pantai. Cadangan minyak bumi terbukti sampai tahun 2002 hanya mencapai 5 milyar barel (1 barrel setara dengan 159 liter). Jika produksi atau eksploitasi minyak bumi 500.000 barel/hari maka diperkirakan cadangan ini akan habis dalam waktu 10 tahun lagi. Menurut perkiraan, masih ada sekitar 5,024 milyar barel lagi sebagai cadangan potensial, namun belum terbukti karena belum dieksplorasi.
Cadangan gas bumi diperkirakan mencapai 384,70 Trilyun kaki kubik (TSCF), sebahagian besar juga terdapat di lepas pantai, tetapi yang baru terbukti hanya mencapai 90,30 TSCF. Jika eksploitasi gas bumi ini sekitar 3 TSCF pertahun, maka cadangan ini akan habis dalam waktu 61-62 tahun lagi (DESDM, 2006). Sebenarnya cadangan gas bumi yang masih tersedia berupa cadangan potensial mencapai 86,29 TSCF.
Prospek untuk pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber-sumber migas baru melalui eksplorasi dan eksploitasi cekungan-cekungan migas lepas pantai yang berpotensi ekonomis, seperti di perairan Natuna, Cekungan Kutai, Spermonde Ridge di Laut Makasar, dsb. masih memungkinkan karena telah tersediannya teknologi eksploitasi migas di laut dalam.
Kenaikan harga minyak mentah dunia jenis light sweet (Kompas, 11 Mei 2008) yang mencapai US$ 120,00 per barrel, telah membawa dua konsekuensi penting yaitu: pertama, secara signifikan akan menaikan Pendapatan Asli Daerah bagi Daerah penghasil, dan kedua, sebaliknya akan semakin tingginya beban susbsidi BBM yang akan mencapai Rp 150 Triliun per tahun jika harga BBM di dalam negeri tidak disesuaikan.
Skenario cadangan nasional migas telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dengan ditemukannya cadangan baru atau digenjotnya produksi migas maka skenario pesimis bahwa cadangan migas nasional akan habis dalam waktu dekat akan secara otomatis bertambah lagi. Jika tidak ditemukan cadangan baru migas maka skenario cadangan migas sebelum tahun 2003 adalah 11 tahun. Namun dengan kebijakan penurunan produksi mulai tahun 2004 yaitu < 1 juta barrel/hari maka cadangan nasional naik menjadi 18 tahun. Sejak ditemukannya cadangan migas baru di Cepu (produksi sekitar 200.000 barrel/hari) maka cadangan nasional naik lagi menjadi 23 tahun. Cadangan gas sampai tahun 2006 ini masih tetap optimis mencapai 61-62 tahun, bahkan memerlihatkan kecenderungan makin menaik dengan ditemukannya cadangan-cadangan baru terutama di cekungan lepas pantai. Walaupun demikian, dengan semakin melonjaknya harga minyak dunia maka perlu upaya-upaya untuk mencari alternatif penggunaan energi lain yang lebih ekonomis.
Hal inilah yang mendorong prakarsa untuk segera mengambil langkah-langkah strategi guna mengatasi semakin membengkaknya subsidi pemerintah yang tentu saja akan berdampak negatip terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu langkah strategi yang nampaknya memberikan prospek meningkatkan produksi migas adalah melalui pemanfaatan potensi-potensi cadangan migas di daerah frontier sebagai sumber-sumber baru atau menggalakkan penggunaan energi mix melalui diversifikasi pemanfaatan sumber daya energi alternatif.

II. GAS BIOGENIK SEBAGAI SUMBER ENERGI

Munculnya beberapa semburan gas liar (lebih tepat disebut rembesan gas rawa) di persawahan penduduk seperti di Pamekasan (Gambar 1), Porong (Gambar 2) Indramayu (Gambar 3), Banyuasin, Banjarnegara, Sragen, Mojokerto dan berbagai tempat lainnya sebenarnya merupakan fenomena geologi yang umum. Gas yang muncul merupakan gas methan (CH4) yang merembes dari kantong-kantong atau poket-poket gas biogenik yang terbentuk dari bekas rawa-rawa atau sungai purba. Hasil penelitian yang dilakukan PPPGL sejak tahun 1990-an telah menemukan sumber-sumber gas biogenik yang cukup signifikan dan terperangkap pada lapisan sedimen laut dangkal Holocene (berumur <10.000 tahun yang lalu). Sumber gas biogenik ini berasal dari lapisan endapan yang mengandung fragmen organik yang berlimpah. Hasil analisa laboratorium menggunakan Gas Chromatograph (GC) menunjukkan bahwa kandungan gas biogenik ini mengandung lebih dari 95% gas methan, sekitar 2% gas CO2 dan Nitrogen (N). Kadang-kadang ditemukan pula gas H2S namun dalam jumlah yang relatif kecil sekali (< 0,1%). Pada umumnya, gas biogenik yang ditemukan pada sumur-sumur penduduk di kawasan pesisir ataupun dari lubang bor dangkal memperliharkan bahwa tekanan gas ini relatif rendah (2-3 Kg/m2) dan merupakan aliran rembesan gas melalui pori-pori atau rekahan tanah.


Gambar 1. Rembesan gas biogenik di pesisir Pamekasan, Madura

Gas biogenik yang merembes ke permukaan ini adalah gas yang murni berasal dari alam sehingga secara langsung tidak berbahaya bagi mahluk hidup, namun dalam kandungan yang pekat (dalam ruang tertutup) akan mudah terbakar walaupun tidak bersifat eksplosif. Kemunculan gas biogenik pada sawah, rawa ataupun tambak tidak secara langsung mempengaruhi kualitas air, karena gas methan tidak bereaksi dengan air. Di Selat Madura banyak dijumpai rembesan gas biogenik berupa gelembung-gelembung yang keluar dari dasar laut, namun tidak memberikan dampak yang berarti bagi kehidupan biota bawah laut.


Gambar 2. Rembesan gas biogenik di Mindi Porong, Jawa Timur.




Gambar 3. Rembesan gas biogenik di pesisir Indramayu, Jawa Barat.

a. Apakah Gas Biogenik itu ?
Gas biogenik adalah gas methan (CH4) yang memang sudah sangat akrab dengan kehidupan manusia karena sangat umum ditemukan di mana saja di permukaan bumi ini. Gas ini dapat terbentuk dari tiga proses utama yaitu (Schoell, 1988):
1. Fermentasi bakteri anaerobik pada sampah, kotoran ternak atau sejenisnya. Gas yang dihasilkan proses ini disebut biogas methan atau gas biomasa.
2. Fermentasi bakteri asetat pada lapisan sedimen yang kaya zat organik (gas charged sediment) secara kimiawi: CH3COOH CH4 + CO2.
3. Proses reduksi CO2 oleh bakteri dari batuan volkanik atau magmatik alami secara kimiawi: CO2 + 2 H2O CH4.

Selain itu, gas methan juga dapat berasal dari proses spontan pada lapisan batubara yang disebut coal bed methane (CBM) yang dikenal sebagai methan B, atau rembesan dari lapisan hidrokarbon pada perangkap migas yang over mature yang disebut gas methan petrogenik/termogenik. Untuk membedakan origin atau asal dari gas methan tersebut dapat dikenali dari analisa paremeter methan δ 13C atau δD (Claypool and Kaplan, 1974).
Gas methan merupakan gas hidrokarbon yang mudah terbakar, memiliki rantai carbon terpendek (C1) sehingga merupakan gas yang paling ringan, yaitu sekitar 0,7 lebih ringan dari udara (Rice, 1993), sehingga jika tersebar diudara akan langsung menguap naik ke atmosfir. Namun demikian, jika digunakan sebagai sumber energi termasuk jenis bahan bakar yang ramah lingkungan, karena hasil pembakarannya mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan jenis bahan bakar hidrokarbon lainnya.

Kemunculan gas biogenik ke permukaan sering dijumpai di rawa atau sawah, sehingga disebut gas sawah atau gas rawa. Gas ini umumnya tidak berbau, mudah terbakar, bertekanan rendah, dan muncul sebagai rembesan gas pada daerah yang cukup luas. Akumulasi gas ini di bawah permukaan terperangkap pada kantong-kantong atau poket gas sehingga akumulasinya tidak melampar luas seperti pada cekungan gas alam lainnya.

Pemanfaatan gas biogenik untuk tujuan komersial memang masih memerlukan kajian yang lebih mendalam terutama dalam menentukan potensi cadangan serta proses pemanfaatannya. Namun demikian dengan telah diproduksinya jenis generator yang secara khusus dirancang menggunakan bahan bakar methan (Gambar 4) oleh China (generator 500 KVA CC500MG), dan Australia (Electrum AS3010 methane gas powered generator) telah memungkinkan pemanfaatan gas biogenik ini untuk dikonversikan secara ekonomis menjadi tenaga listrik skala kecil, terutama bagi masyarakat di kawasan terpencil yang jauh dari jangkauan jaringan listrik PLN. Selain itu, beberapa peralatan lainnya yang telah diproduksi mengunakan bahan bakar gas biogenik adalah water heater dan methane boiler.


Gambar 4. Generator berbahan bakar gas methan 500 VA, buatan China

Namun demikian, keberadaan poket gas biogenik ini juga pernah membawa musibah pada pemboran migas lepas pantai. Pada tahun 1991, perusahaan minyak Korea Kodeco terpaksa memotong salah satu kaki rig pemboran di Selat Madura karena ambles saat menyentuh dasar laut yang mengandung gas biogenik. Akhirnya salah satu kaki rig terpaksa dipotong agar rig tidak bertambah miring dan tenggelam.

Satu hal penting jika ditemukan kemunculan rembesan gas biogenik yang ekstrim adalah perlunya kajian tentang adanya kemungkinan tekanan tambahan sebagai pemicu naiknya tekanan gas. Banyak dijumpai bahwa rembesan/semburan gas biogenik ini terjadi di sekitar sumur-sumur pemboran migas. Ada dugaan bahwa tidak sempurnanya sistem casing lubang bor mengakibatkan bocornya tekanan yang selanjutnya memicu gas biogenik ini naik ke permukaan. Dugaan lain menyebutkan bahwa memang struktur tanah permukaan di sekitar lubang bor biasanya merupakan daerah yang lebih lemah akibat getaran eksplorasi atau kegiatan seismik sebelumnya, sehingga gas biogenik ini terpicu menerobos dan merembes ke permukaan melalui rekahan-rekahan atau daerah lemah (sesar ?). Untuk memastikan suatu rembesan gas biogenik ini murni sebagai gejala geologi atau bercampur dengan gas dari aktifitas pemboran migas, biasanya dilakukan uji analisa isotop carbon. Jika kandungan gas methan biogenik ini antara -90<δ13C<-45 maka termasuk sebagai gas rawa murni, tetapi jika δ13C>-45 maka termasuk gas methan petrogenik yang berasal dari rembesan reservoir migas. Jika gas biogenik ini bercampur dengan gas petrogenik maka rembesan gas mempunyai tekanan yang relatif tinggi dan rembesan gas disertai dengan keluarnya lumpur dari lapisan formasi yang berumur lebih tua (pra-Quarter).


Gambar 5 memperlihatkan pengelompokan mekanisme pembentukan methan yang berkaitan dengan tingkat kematangannya.

Demikian pula, jika pada analisa kandungan gas hidrokarbon ini dijumpai kandungan C3 (propan) atau C4 (butan) maka kemungkinan telah tercampur dengan gas-gas yang lebih matang (over mature) dari rembesan sistem petroleum.
Fase akhir dari rembesan gas biogenik biasanya membawa konsekuensi lain yaitu kemungkinan terjadinya penurunan tanah (subsidensi) namun dalam skala kecil, seperti yang terjadi di beberapan wilayah pesisir di utara Jawa.

a. Dapatkah Gas Biogenik Dimanfaatkan Secara Ekonomis ?
Gas biogenik yang terdapat di bumi ini hampir mencapai 20% dari seluruh sumber gas alam, namun keterdapatannya menyebar pada kantong-kantong gas kecil dengan berbagai ukuran dan pada kedalaman yang bervariasi. Di China gas biogenik telah dieksploitasi dan dimanfatkan sebagai energi pembangkit listrik mikro dan industri kecil di muara sungai Yangtze (Qilun, 1995). Umumnya, dari satu sumur gas di kawasan ini dapat dieksploitasi 5.000 m3 gas per hari dengan tekanan maksimum 6,1 Kg/cm2. Pemanfaatan pada skala yang lebih besar, dilakukan dengan cara inter-koneksi beberapa sumur bor dangkal yang dialirkan pada tabung penampung yang dilengkapi valve (kran). Untuk memperoleh tekanan sekitar 80 Kg/m2 diperlukan paling sedikit tigapuluh lubang bor. Dengan demikian, maka gas biogenik ini dapat dialirkan tanpa pompa sejauh 1000 meter dari sumbernya.

Di Indonesia gas biogenik ini sudah mulai dimanfaatkan secara sederhana sebagai bahan bakar langsung untuk rumah tangga dan penerangan jalan. Di Desa Mayasari, Pamekasan, Madura telah digunakan untuk kompor pengering makanan dan lampu (flare) penerangan jalan desa. Demikian halnya di Ngrampal, Sragen juga telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga. Beberapa tempat lainnya yang dilaporkan mempunyai semburan gas dangkal adalah di Desa Mindi Porong, Desa Dukuh Jeruk Indramayu, Muarakakap Kalbar, serta beberapa daerah lainnya, namun belum dilakukan eksplorasi rinci tentang potensi cadangan gasnya.

Hasil penelitian gas biogenik di laut dangkal yang dilakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL), Dep. Energi dan Sumber Daya Mineral di sepanjang pantai utara Jawa memperlihatkan indikasi gas biogenik yang cukup menjanjikan. Pemetaan geologi kelautan sistematik di wilayah perairan Laut Jawa dan Selat Madura yang dilakukan oleh PPPGL tahun 2004 menggunakan seismik resolusi tinggi (Gambar 6) memperlihatkan indikasi potensi sumber gas biogenik yang terperangkap pada sedimen Holocene. Hasil pemboran laut dangkal pada kedalaman sekitar 20 m dari dasar laut di kawasan itu juga ditemukan adanya sedimen berwarna gelap yang diduga sebagai sumber gas yang kaya akan organic matter. Lapisan pembawa gas di laut Jawa dan selat Madura umumnya ditemukan pada kedalaman antara 20-50 m di bawah dasar laut (Lubis dan Kris, 2006).

Gambar 6. Indikasi gas biogenik pada rekaman seismik dan data bor lapisan sumber organik pembawa gas.

Pada kedalaman ini ditemukan jenis methanobacterial jenis M. uliginosum dengan rata2 total 2000 cell/gram yang dikenal sebagai bakteri pembentuk gas methan.Hasil analisa komposisi gas yang dari beberapa pemboran dangkal menunjukkan kandungan gas methan sebesar 2976,6 ppm. Berdasarkan indikator jenis koefisien methan δ13C memperlihatkan kisaran antara –84‰ s/d –66‰. Menurut Claypool and Kaplan (1974), kisaran koefisien ini membuktikan bahwa gas yang terkandung pada lapisan sedimen pembawa gas termasuk gas biogenik, bukan petrogenik/termogenik yang berasal dari rembesan perangkap hidrokarbon.
Pemetaan secara horizontal menunjukkan bahwa hampir seluruh kawasan perairan dangkal terutama di muara sungai-sungai purba ditemukan indikasi sedimen mengandung gas (gas charged sediment) yang diduga merupakan akumulasi gas biogenik yang berasal dari maturasi tumbuhan rawa purba yang tertimbun sedimen Resen. Gas biogenik ini umumnya didominasi oleh gas methan (CH4) yang dikenal sebagai salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.

I. PROSPEK PEMANFAATAN GAS BIOGENIK
Utilisasi sumber daya energi gas biogenik atau gas rawa yang terdapat di perairan dangkal dan kawasan pesisir, merupakan salah satu sumber energi baru alternatif masyarakat pesisir. Selain itu, gas biogenik termasuk salah satu sumber energi alternatif yang sangat murah, bersih lingkungan dan mudah dikelola sehingga cocok untuk dikembangkan bagi masyarakat di kawasan terpencil.
Hasil pemetaan PPPGL sejak tahun 1990-an, memperlihatkan bahwa di sepanjang kawasan perairan pantai utara Jawa, pantai selatan Kalimantan, pantai timur Kalimantan, dan pantai barat Sumatera merupakan kawasan yang potensial sebagai sumber gas biogenik ini karena memiliki sejarah geologi pembentukan sedimen sungai dan rawa purba yang mirip dengan terbentuknya gas biogenik di muara sungai Hangzhou dan Yangtze. Di China, gas biogenik ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir sebagai bahan bakar rumah tangga dan industri kecil. Namun demikian, masih belum diperoleh perkiraan harga komersialnya, karena umumnya infra struktur pemboran dan pipanisasi gas ini secara langsung ditanggung oleh pemerintah China. Di Pamekasan, gas biogenik ini dimanfaatkan sebagai lampu penerangan jalan desa dan tungku rumah tangga (Gambar 7).

Gambar 7. Pemanfaatan gas biogenik di Pamekasan, Madura

Melonjaknya harga minyak mentah dunia yang diperkirakan akan mencapai US$ 150,00 pada tahun-tahun mendatang, membawa konsekuensi penyesuaian atau kenaikan harga BBM dalam negeri, padahal tingkat kemampuan masyarakat terutama di pesisir masih sangat rendah. Oleh sebab itulah, potensi gas biogenik ini cukup rasional diunggulkan sebagai bahan bakar murah pengganti BBM yang selama ini memperoleh susbsidi pemerintah.
Dengan diproduksinya generator listrik skala kecil oleh China dan Australia yang langsung menggunakan bahan bakar methan, maka membuka peluang untuk memanfaatkan gas biogenik untuk dikonversikan menjadi energi listrik. Diperkirakan dari satu lubang bor gas biogenik dengan tekanan 3 Kg/m2 dan kandungan >95% methan, akan menghasilkan 0,5 KW/jam, cukup untuk konsumsi 2-3 rumah tangga di kawasan pedesaan. Walaupun sampai saat ini gas biogenik hanya dimanfaatkan secara setempat (insitu), tidak menutup kemungkinan dapat dikemas pada tabung bertekanan agar mudah ditransportasi. Dengan demikian, jika potensinya cukup signifikan maka dapat diusahakan secara lebih ekonomis pada masa yang akan datang.
Hal lain yang akan muncul sebagai multi efek dari pemanfaatan gas biogenik ini adalah perubahan pandangan masyarakat bahwa gas biogenik yang asalnya dianggap sebagai gas beracun dan berbahaya, akan berubah menjadi berkah jika dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai sumber energi baru yang murah dan ramah lingkungan, sehingga lambat laun akan menghilangkan ketergantungan energi BBM bagi masyarakat di kawasan pesisir yang terpencil.

I. KESIMPULAN
Sebagai intisari dari bahasan tentang prospek pemanfaatan dan pengelolaan gas biogenik sebagai sumber daya energi baru/alternatif, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
a. Indikasi berlimpahnya cadangan gas biogenik di perairan dangkal merupakan sumber daya energi baru/alternatif yang cukup potensial bagi masyarakat pesisir terutama jika penyesuaian harga BBM di dalam negeri telah mencapai harga yang rasional. Utilisasi gas biogenik ini dapat dimanfaatakan untuk generator listrik skala mikro, kebutuhan energi industri kecil, atau dimanfaatkan langsung sebagai bahan bakar gas rumah tangga.
b. Ditinjau dari konsepsi strategi pemerataan energi nasional, pengelolaan dan pemanfaatan gas biogenik di kawasan pesisir dan laut dangkal cukup logis jika dijadikan tumpuan dalam pembangunan ekonomi masyarakat kawasan pantai terpencil di masa yang akan datang.

Subaktian Lubis - Puslitbang Geologi Kelautan

Rabu, 20 Januari 2010

MENGANTISIPASI MARAKNYA KORUPSI PEMILU

Korupsi pemilu merupakan istilah baru untuk menjelaskan gejala korupsi pada pelaksanaan pemilu. Korupsi dalam konteks pemilu lebih luas makna dan penjelasannya dibandingkan dengan pengertian korupsi menurut Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. Istilah ini sendiri lahir dari berbagai macam kajian atas pelanggaran dalam pembiayaan kampanye yang dilakukan peserta pemilu, khususnya bagi mereka yang menyandang status incumbent. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan peserta kampanye pemilu lainnya juga bisa melakukan praktek serupa.

Open Society Justice Initiative dalam bukunya, Monitoring Election Campaign Finance (2005) menjelaskan bahwa yang disebut sebagai korupsi pemilu adalah praktek pendanaan kampanye--baik penerimaan maupun pengeluaran--yang menciptakan hubungan koruptif antara penyumbang dan partai politik atau kandidat yang didukungnya maupun pola perilaku koruptif yang terjadi antara peserta pemilu dan voters.

Dalam prakteknya, korupsi pemilu terdiri atas tiga bentuk. Pertama, penerimaan dana kampanye yang berasal dari sumber-sumber yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan maupun yang secara universal merupakan sesuatu yang secara nyata-nyata dianggap tidak boleh, karena menciptakan hubungan koruptif antara yang disumbang dan donatur. Keuntungan yang diperoleh penyumbang terselubung tidak dipetik pada saat pemilu. “Investasi” yang mereka keluarkan untuk menyumbang partai maupun kandidat akan dipanen pada saat peserta pemilu yang didukung memenangi pertarungan. Bentuknya yang paling nyata adalah favoritisme, tempat konsesi, kontrak-kontrak pemerintah, maupun keistimewaan kebijakan publik akan berpihak kepada para penyumbang gelap.

Disebut penyumbang gelap karena peserta pemilu biasanya enggan atau sengaja menutup-nutupi dari mana asal-usul sumbangan kampanye itu diperoleh. Meskipun ada kewajiban dalam pencatatan dan pertanggungjawaban dana kampanye, hal yang biasa dilakukan adalah melakukan manipulasi laporan dana kampanye. Nama-nama penyumbang yang sebenarnya tidak akan muncul dalam laporan. Tiadanya sanksi yang berat menyuburkan praktek semacam ini. Jangan heran jika kelak, dalam laporan dana kampanye peserta pemilu, kita mendapati nama penyumbang fiktif.

Kedua, penyalahgunaan fasilitas negara dan jabatan untuk keperluan atau tujuan kampanye (abuse of power). Catatan pemilu di negara mana pun, baik yang demokratis maupun yang belum, menjelaskan bahwa penyalahgunaan jabatan merupakan hal yang kerap terjadi pada saat pemilu. Pembedanya adalah pada aturan main yang ketat atau longgar.

Bentuk penyalahgunaan jabatan bisa macam-macam, mulai yang paling sederhana sampai ke kategori korupsi menurut UU Tindak Pidana Korupsi. Misalnya, menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan kampanye, mengerahkan pegawai negeri sipil atau bawahan (camat, lurah, pamong desa) untuk mendukung peserta pemilu tertentu, menyusun program populis seperti pembagian uang tunai kepada kelompok masyarakat tertentu pada menjelang dan saat kampanye hingga penggunaan dana APBD/APBN untuk pembiayaan kampanye. Contoh konkret yang terakhir ini dapat dilihat dalam kasus korupsi Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yang menyeret Rohmin Dahuri sebagai terpidana.

Ketiga, pembelian suara (money politics). Jika dikaitkan dengan isu dana kampanye, politik uang adalah bentuk ilegal dari pengeluaran dana kampanye. Artinya, dana kampanye peserta pemilu digunakan untuk kepentingan membeli suara pemilih maupun mempengaruhi penyelenggara pemilu untuk memanipulasi hasil pemilu, sesuatu yang sangat dilarang oleh UU Pemilu. Sebenarnya, dalam kaitannya dengan proses pemilihan pejabat publik, politik uang bukan hanya terjadi pada saat kampanye maupun pada saat hari pencoblosan suara yang dilakukan oleh peserta pemilu kepada pemilih. Politik uang dalam kasus ini adalah praktek penyuapan dalam level yang paling bawah.

Adapun penyuapan dalam bentuknya yang tak kurang berbahaya adalah politik uang di lingkup internal partai politik, terutama dalam penentuan calon anggota legislatif maupun nomor urutnya serta politik uang dalam pemilihan pejabat publik yang dilakukan oleh lembaga legislatif. Laporan Agus Chondro yang telah menerima cek perjalanan dalam pemilihan Miranda Goeltom merupakan contoh apik dari satu penyuapan dan transaksi yang terjadi dalam pemilihan pejabat publik di Indonesia.

Ketiga tingkatan politik uang ini sama berbahayanya. Pada saat kampanye dan hari pencoblosan, politik uang bisa mempengaruhi perilaku pemilih. Politik uang juga bisa mempengaruhi netralitas penyelenggara pemilu. Hasil pemilu menjadi tidak kredibel dan cacat karena potensi manipulasi hasil suara. Jika suara bisa dibeli dan hasil penghitungan suara bisa diutak-atik sesuai dengan pesanan, tentu prosedur demokrasi tidak akan dapat melahirkan pemerintahan yang bersih.

Korupsi pemilu harus dilihat secara lebih jauh sebagai penyakit demokrasi. Dampak negatifnya tidak hanya merugikan masyarakat luas, tapi juga merugikan kepentingan pihak lain yang terlibat langsung dalam pelaksanaan pemilu, yakni peserta pemilu. Karena itu, membatasi ruang gerak korupsi pemilu akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap hasil pemilihan, sekaligus derajat legitimasi pemilu dan hasilnya. Membatasinya juga akan melahirkan iklim kompetisi politik yang lebih adil. Karena itu, semua pihak harus mengambil peran untuk mengawasinya.

Bawaslu tentu saja adalah pihak yang memiliki kewajiban utama dalam mengawasi setiap pelanggaran pemilu. Dengan keterbatasan yang dimiliki, prioritas menjadi penting untuk dipilih. Bawaslu perlu menetapkan korupsi pemilu sebagai tulang punggung pengawasan. Artinya, fokus dan konsentrasi besar Bawaslu adalah memastikan bahwa korupsi pemilu tidak banyak terjadi. Bawaslu jangan terlalu banyak membagi sumber daya dan energinya untuk pelanggaran pemilu yang tidak signifikan dampaknya bagi hasil pemilu itu sendiri. Bekerja sama dengan masyarakat sipil pemantau pemilu adalah langkah strategis untuk berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengawasi korupsi pemilu.

Karena korupsi pemilu juga merugikan peserta pemilu yang lain, terutama bagi mereka yang bukan incumbent dan bukan partai politik besar, peserta pemilu juga perlu membangun mekanisme untuk secara sukarela saling mengawasi di antara sesama mereka. Pemilu sekarang ini berpusat di kandidat, bukan lagi di partai politik, maka dibutuhkan kerja sama antara partai politik dan kandidatnya untuk mendorong kontrol atas potensi terjadinya korupsi pemilu.

Pengawasan pemilu oleh peserta pemilu menjadi sangat penting artinya karena daya upaya apa pun yang dilakukan oleh peserta pemilu yang kebetulan bukan incumbent, peluang untuk menang atau mendapatkan suara jelas kecil. Situasinya menjadi lebih tidak berpihak kepada peserta pemilu “miskin” jika yang kaya dan berkuasa menggunakan fasilitas dan uang yang dimiliki ataupun dana publik yang sedang dikuasainya untuk keperluan kampanye.

Sudah saatnya kita membangun budaya saling kontrol dalam kompetisi politik. Mengharapkan Bawaslu semata untuk melakukan pengawasan pemilu bukanlah pilihan. Jika sejak awal kita sadar bahwa kecurangan dalam pemilu sangat terbuka bagi para incumbent, tentu kerugian nyata akan dirasakan oleh peserta pemilu non-incumbent jika mereka hanya berpangku tangan. Laporan terjadinya politik uang oleh kandidat satu terhadap kandidat yang lain semoga membuka jalan bagi pemilu yang lebih sehat dan dinamis.


Penulis: Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch

Sumber: Harian Tempo, Kamis 2 April 2009

http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/sosial-politik/2803-mengantisipasi-maraknya-korupsi-pemilu.html

Cara Hidup Sehat


Gangguan kesehatan bisa muncul kapan saja, apalagi jika kita lengah terhadap gejala dan penyebabnya. Tanpa kita sadari gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat merupakan faktor penyebab utamanya.

Meskipun ada penyebab lainnya yang tidak bisa dihindari seperti fakor genetik, pencemaran lingkungan.
Agar tetap sehat, ada banyak cara untuk mendapatkannya. Salah satunya, ikuti 7 jurus berikut ini dan dapatkan kualitas hidup yang lebih baik:

1. Udara bersih, paru-paru pun sehat

Untuk terhindar dari gangguan pernapasan, hiruplah udara yang bersih dan sehat. Caranya ? Tidak perlu repot mencari udara pegungungan, udara pagi pun sangat baik bagi paru-paru Anda. Selain itu hindari pula udara tercemar, seperti asap rokok, asap kendaraan atau debu. Bersihkan rumah dan ruangan kerja secara teratur, termasuk perabot, kipas angin dan AC.

2. Banyak minum air putih

Air putih adalah yang terbaik dari minuman apapun. Biasakanlah minum air putih 8-10 gelas per hari. Kebiasaan ini akan membantu menjaga kelancaran fungsi ginjal dan saluran kemih. Upayakan untuk minum air hangat di malam hari dan air sejuk (bukan air es) di siang hari. Tambahkan juga sedikit perasan jeruk lemon atau jeruk nipis. Selain baik untuk menyegarkan diri, minuman ini sekaligus membantu mengeluarkan toksin dari dalam tubuh.

3. Konsumsi menu bergizi dan seimbang

Pilihlah menu dengan gizi yang cukup, seimbang, dan bervariasi. Perbanyak konsumsi sayuran hijau dan buah yang mengandung banyak serat dan zat gizi yang diperlukan tubuh serat. Sebisa mungkin hindari junk food dan makanan olahan, serta kurangi konsumsi garam dan gula. Satu lagi, jangan lupa sarapan pagi! Karena sarapan pagi dapat menunjang aktifitas kita sepanjang hari.

4. Seimbangkan antara kerja, olahraga dan istirahat

Kerja keras tanpa istirahat sama sekali tidak ada untungnya bagi Anda. Biasakan istirahat teratur 7-8 jam pada malam hari, dan jangan sering begadang atau tidur terlalu malam. Cobalah menggunakan waktu senggang untuk berolahraga ringan atau sekedar melemaskan otot-otot persendian.
Dengan berolahraga 2 - 3 kali per minggu, selama 30 - 45 menit, cukup membuat tubuh bugar dan stamina prima.

5. Kontrol kerja otak

Otak, seperti halnya tubuh kita, dia juga butuh istirahat. Jangan terlalu memberi beban terlalu banyak, karena otak pun memiliki memori yang terbatas. Lakukan kegiatan di waktu senggang yang membuat otak bekerja lebih santai, misalkan melakukan hobi yang menyenangkan, seperti melukis, membaca novel terbaru atau hanya sekedar mendengarkan musik.

6. Jalani hidup secara harmonis

Manusia merupakan mikrokosmos yang harus mematuhi alam sebagai makrokosmos jika ia ingin tetap sehat. Lakukan semua itu sebagai upaya pencegahan dengan selalu mengingat nasihat orang bijak untuk “membuat sumur sebelum timbul rasa haus”.

Gunakan akal sehat! Itu kuncinya, jangan mengorbankan hidup dengan menuruti kesenangan diri lewat kebiasaan hidup yang buruk dan beresiko. Misalkan, minum-minuman keras, merokok atau menggunakan obat-obatan terlarang. Cobalah untuk menjalani hidup secara harmonis, sebisa mungkin perkecil resiko terjadinya stres emosional atau psikis.

7. Gunakan suplemen gizi

Hanya jika perlu! Tubuh kita memerlukan antioksidan (beta-karoten), vitamin C, vitamin E, dan selenium. Semua zat ini dibutuhkan oleh tubuh untuk meningkatkan vitalitas dan memperpanjang usia harapan hidup. Untuk memperolehnya banyak cara yang bisa dilakukan.
Selain mengkonsumsi makanan segar, bisa juga dengan cara mengkonsumsi suplemen kesehatan yang banyak dijual di pasaran. Sebaiknya, penggunaan suplemen makanan lebih dianjurkan sebagai terapi alternatif saja dengan mengutamakan jenis suplemen makanan yang sudah diteliti dan bermanfaat.

Sumber:idionline

Peralatan Survei Geofisika

Metode Gayaberat (Gravitasi)

metodeGayaBerat1Metode gayaberat merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi dengan cara mengamati variasi lateral dari sifat fisik batuan (densitas). Adanya perbedaan densitas (massa jenis) batuan dari suatu tempat dengan tempat lain ini menimbulkan perbedaan medan gravitasi yang relatif kecil (dalam order 10-8), oleh karena itu maka dalam pengukuran gayaberat ini diperlukan suatu alat yang memiliki kepekaan dan ketelitian yang cukup tinggi.

metodeGayaBerat2Informasi yang diharapkan dari survei gravitasi adalah mengetahui efek dari sumber yang tidak diketahui terhadap perubahan harga gravitasi atau variasi harga gravitasi, diperlukan proses reduksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi harga gravitasi tersebut, diantaranya : efek lintang, efek elevasi, efek pasangsurut, efek topografi, dan efek lainnya, sehingga didapatkan harga gravitasi yang benar-benar ditimbulkan dari sumber yang tidak diketahui tersebut (anomali gravitasi/Bouguer).

metodeGayaBerat3Penggunaan utama pada metode gayaberat ini banyak difokuskan pada survei awal dalam peninjauan ekplorasi minyak bumi, panas bumi, penelitian geologi regional, dan penelitian-penelitian geologi ekplorasi dalam lainnya. Peralatan yang dimiliki Pusat Survei Geologi dalam penggunaan metoda Gayaberat ini, adalah :

1. Gravitymeter LaCoste & Romberg Tipe G, diantaranya ada yang ditambah asesoris Aliod 100x Nulling System.

2. Graviton LaCoste & Romberg Tipe EG.

Metode Magnetik

metodeMagnetik1Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi kecil intensitas medan magnetik di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi batuan termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Pada dasarnya nilai magnet yang diperoleh pada suatu titik yang sama dengan perbedaan selang waktu akan diperoleh nilai yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kelembaban udara, magnet yang diterima oleh alat, dan kondisi alat tersebut. Dari hasil pengukuran magnet diperoleh tiga macam hasil bacaan, yaitu :

metodeMagnetik2Medan magnet utama yang bersumber dari dalam bumi dan berubah terhadap waktu, medan luar yang bersumber dari luar bumi dan merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari, dan medan anomali yang sebagian besar bersumber dari batuan yang mengandung material magnetik didalamnya.

metodeMagnetik3Untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi pembacaan metode magnetik, dapat dilakukan dengan pengukuran variasi harian dengan menempatkan satu alat di posisi tetap untuk mengurangi efek dari medan luar, pengkoreksian data terhadap nilai IGRF (International Geomatic Reference Field) untuk mengurangi efek dari medan magnet utama, dan menjauhkan pengukuran dari daerah gradien tinggi.
Penggunaan utama pada metode magnetik ini banyak difokuskan pada survei awal dalam peninjauan ekplorasi minyak bumi, panas bumi, mineral, penelitian geologi regional, dan penelitian-penelitian geologi ekplorasi dalam lainnya. Peralatan yang dimiliki Pusat Survei Geologi dalam penggunaan metode Magnetik ini, antara lain :
1. Proton Magnetometer Geometrics Tipe G-856 dan G-826 Geometrics.
2. Cesium Gradiometer Geometrics Tipe G-858 dilengkapi GPS AgGPS114.
3. Envi VLF&Mag Scintrex.

Metode Seismik

seismograph-spingether-geometrics-ME-800

Metode seismik digunakan untuk membaca gelombang elastik yang dihasilkan oleh getaran yang merambat dalam suatu medium di bawah permukaan bumi, dimana sumber getar tersebut dapat dihasilkan dari alam atau buatan. Sumber getaran yang dihasilkan dari alam merupakan hasil dari perubahan di bawah permukaan bumi (gempa bumi) yang berasal dari aktivitas vulkanik, aktivitas runtuhan tanah, dan aktivitas tektonik, menghasilkan gelombang seismik yang merambat dalam medium tersebut dan dicatat oleh peralatan di permukaan bumi. Peralatan seismik ini digunakan untuk memantau aktivitas-aktivitas perubahan di bawah permukaan bumi. Peralatan yang dimiliki Pusat Survei Geologi untuk metode Seismik yang sumbernya berasal dari alam, adalah sebagai berikut :

1. Seismograph Spingether Geometrics MEQ-800.
2. Seismograph Kinematic PS-2.
3. DataMarks LS-7000XT.

seismograph-kinematic-PS-2

metodeSeismik1Disisi lain, sumber getaran buatan yang diberikan dengan sengaja di sekitar permukaan bumi untuk memberikan suatu gangguan yang menimbulkan gelombang seismik (elastik) yang merambat ke segala arah dan dideteksi oleh geophone pada suatu jarak tertentu dari sumber getarannya. Kemudian dengan mengukur waktu rambatnya, maka kecepatan perambatan gelombang pada setiap media di bawah permukaan bumi dapat diketahui, tergantung dari media penjalarannya. Metoda seismik ini secara umum terbagi menjadi metoda Seismik Reflaksi yang dilakukan dalam penyelidikan dangkal (teknik sipil dan penelitian geologi kuarter), dan Seismik Refleksi yang dilakukan dalam penyelidikan dalam (eksplorasi minyak bumi, pertambangan, dan geologi dalam). Peralatan yang dimiliki Pusat Survei Geologi untuk metode Seismik dengan sumber buatan, adalah sebagai berikut :
4. Mc-SEIS SX-48 OYO.
5. Soiltest Gisco MD-11.
6. Seismic Bison Model 5002.

metodeSeismik2

Metode Tahanan Jenis

metodeTahananJenis2Metode tahanan jenis merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa bumi bersifat elektris, sehingga persoalannya mencangkup tentang elektrisitas dari batuan dan mineral di dalam bumi yang memiliki sifat berbeda-beda dalam menghantarkan arus listrik yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : Kandungan mineral, elektrolit padat, dan air, serta perbedaan tekstur, porositas, permeabilitas, dan temperatur. Besaran fisik yang mendasari metode tahanan jenis ini, adalah nilai tahanan jenis dari batuan di bawah permukaan, dimana sumbernya mempergunakan arus searah atau bolak-balik berfrekuensi rendah. Metode tahanan jenis ini dapat dibagi menjadi dua macam metode pengukuran, yaitu :

metodeTahananJenis3Metode tahanan jenis mapping : Bertujuan untuk mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara horisontal dan vertikal, dengan jarak elektroda dan konfigurasinya sama pada setiap titik pengukuran.
Metode tahanan jenis sounding : Bertujuan untuk mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan bumi secara vertikal dan hasilnya dikorelasikan untuk mendapatkan penyebarannya secara horisontal.

metodeTahananJenis4Penggunaan utama pada metode tahanan jenis ini banyak difokuskan pada penelitian geohidrologi, geologi regional, geologi teknik, arkeologi, panas bumi, dan mineral. Peralatan yang dimiliki Pusat Survei Geologi untuk metode Tahanan Jenis ini, adalah sebagai berikut :
1. Supersting R8/IP multichannel passive cables (14 x 201 m dan 4 x 87.5 m)
2. SARIS multichannel active cables (5 x 80 m)
3. ABEM SAS1000 dengan asesoris ABEM SASLOG300,

Metode Polarisasi Terimbas

metodePolarisasiTerimbasMetode polarisasi terimbas (Induced Polarization) adalah salah satu metode geofisika yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik yang terjadi di bawah permukaan akibat adanya arus induktif yang menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan mineral logam. Parameter yang diukur adalah nilai dari chargeability, yaitu nilai dari perbandingan antara peluruhan potensial sekunder terhadap waktu. Konfigurasi pengukurannya sama dengan metoda Tahanan Jenis.

Metode ini umumnya digunakan untuk penelitian eksplorasi air tanah, geoteknik, ekplorasi mineral, studi lingkungan, dan arkeologi. Peralatan metoda Polarisasi Terimbas yang dimiliki oleh Pusat Survei Geologi, adalah sebagai berikut : IPR-12 Receiver dengan TSQ-3 Transmitter Merk Scintrex.

Metode Elektromagnetik Untuk Penyelidikan Dangkal

metodeElektromagnetikDangkal1Metode GPR (Ground Penetrating Radar) ini menggunakan gelombang elektromagnet, dimana pulsa elektromagnet tersebut dipancarkan ke bawah permukaan, kemudian pulsa tersebut diteruskan, dipantulkan, dan dihamburkan oleh lapisan di bawah permukaan dan direkam oleh antena penerima di permukaan. Penggunaan GPR sangat tergantung pada frekuensi antena yang digunakan, dimana penggunaan antena yang berfrekuensi tinggi digunakan untuk penyelidikan dangkal dengan resolusi yang tinggi dan penggunaan frekuensi rendah untuk penyelidikan lebih dalam tetapi resolusi lebih rendah.

metodeElektromagnetikDangkal2Keunggulan penggunaan metode GPR ini adalah ramah lingkungan, pengambilan data yang cepat, dan keakuratan dalam mendeteksi celah dan rongga, geometri lapisan batuan, ekplorasi mineral dan bijih besi, struktur geologi dangkal, dan geologi teknik, pada kedalaman yang dangkal. Peralatan yang dimiliki Pusat Survei Geologi untuk metoda GPR ini, adalah sebagai berikut : SIRveyor SIR-20 GSSI yang dilengkapi dengan Center Frequency Antenna 200 MHz, 100 MHz, dan 35 MHz.

Metode Very Low Frequency

metodeVeryLowFrequency1Metode elektromagnetik VLF memanfaatkan medan elektromagnetik yang dibangkitkan pemancar-pemancar gelombang radio VLF berdaya besar yang dioperasikan untuk kepentingan militer, terutama untuk berkomunikasi dengan kapal selam. Medan magnetik dan medan listrik yang dibangkitkannya disebut sebagai medan primer. Medan primer membangkitkan medan sekunder sebagai akibat adanya arus induksi yang mengalir pada benda-benda konduktor di dalam tanah. Medan sekunder yang timbul bergantung pada sifat-sifat medan primer, sifat listrik benda-benda di dalam tanah dan medium sekitarnya, serta bentuk dan posisi benda-benda tersebut. Pada daerah pengamatan VLF dilakukan pengukuran terhadap resultan medan primer dan medan sekunder, dimana perubahan resultan kedua medan tersebut tergantung pada perubahan medan sekunder. Sehingga bentuk, posisi, dan sifat listrik benda-benda di bawah daerah pengamatan dapat diperkirakan.

Metode VLF ini secara umum digunakan untuk penelitian geologi yang bersifat dangkal. Peralatan yang dimiliki Pusat Survei Geologi untuk metode VLF ini, adalah sebagai berikut : ENVI VLF Scintrex.

Metode Elektromagnetik Untuk Penyelidikan Dalam

metodeElektromagnetikDalam1Pada Metode Elektromagnet dapat dilakukan dengan dua cara berbeda, yaitu : FDEM (frequency domain electromagnet), dimana arus yang dipancarkan dari alat pemancar (Tx) berupa variasi sinusoidal yang berhubungan dengan waktu pada suatu frekuensi yang telah ditetapkan dan TDEM (time domain electromagnet), dimana arus yang dipancarkan dari Tx berupa variasi periodik. Lalu apabila di bawah permukaan bumi terdapat bahan-bahan konduktif, maka dalam bahan tersebut akan terjadi arus induksi (arus Eddy) yang menimbulkan medan elektromagnet sekunder dan diukur potensial induksinya oleh alat penerima (Rx).

metodeElektromagnetikDalam2Metode elektromagnet ini digunakan untuk penelitian geologi regional, pencarian benda-benda konduktif, panas bumi, mineral, dan geohidrologi. Peralatan elektromagnet untuk penyelidikan dalam yang dimiliki Pusat Survei Geologi adalah : TEM Protem Geonics dan V8 Phoenix Multifunction for SIP, CSAMT, and TEM.

Metode Magnetotelurik

Metode pengukuran MT (magnetotelluric) dan AMT (audio magnetotelluric) secara umum adalah sama, perbedaanya hanya pada cakupan frekuensi yang ditangkap, dimana semakin kecil frekuensi yang dihasilkan maka semakin dalam penyelidikan yang diperoleh. Metode MT memperoleh data dari frekuensi sekitar 400 Hz sampai 0.0000129 Hz (perioda sekitar 21.5 jam) sedangkan metode AMT memperoleh data dari frekuensi 10 kHz sampai 0.1 Hz, dimana sumbernya berasal dari alam (arus telurik yang terjadi di sekitar ionosfer bumi).

Untuk memperbaiki kualitas data dari gangguan elektromagnet lokal (power line, aktivitas industri, aktivitas manusia, jalan, pohon-pohon besar yang dapat menghasilkan gangguan micro-vibrations dari akar-akarnya, dll) dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan data dari satu alat yang disimpan statis di suatu tempat yang jauh dari gangguan elektromagnetik lokal dengan alat lainnya yang berpindah-pindah (local, remote, far remote station) dan dilakukan dalam rentang waktu yang sama yang disinkronisasikan terhadap waktu UTC.

metodeMagnetolurik2metodeMagnetolurik1

Penggunaan metode magnetotelurik ini secara umum adalah untuk penelitian panas bumi, minyak dan gas bumi, geohidrologi, geologi regional, dan penelitian-penelitian dalam lainnya. Peralatan magnetotelurik yang dimiliki Pusat Survei Geologi adalah : MTU-5A Phoenix.


http://sartek.grdc.esdm.go.id


Selasa, 19 Januari 2010

Minyak bumi


Langsung ke: navigasi, cari
Pompa minyak

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan oleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.


Komposisi

Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll.

Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon.

Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10 (butana) - semuanya adalah gas yang mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C, dan -0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).

Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah C10

Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat (termasuk Vaseline®) berada di antara C16 sampai ke C20.

Rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal.

Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:

Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak adalah zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara alami dalam perut bumi. Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah.

[sunting] Negara penghasil minyak bumi terbesar

(Diurutkan berdasar jumlah produksi tahun 2006) dan total produksi1nya dalam juta barrel per hari

  1. Flag of Saudi Arabia.svg Arab Saudi - 10,665
  2. Flag of Russia.svg Rusia - 9,667
  3. Flag of the United States.svg Amerika Serikat2 - 8,331
  4. Flag of Iran.svg Iran - 4,148
  5. Flag of the People's Republic of China.svg Republik Rakyat Cina - 3,858
  6. Flag of Mexico.svg Meksiko - 3,707
  7. Flag of Canada.svg Kanada - 3,288
  8. Flag of the United Arab Emirates.svg Uni Emirat Arab - 3,0
  9. Flag of Venezuela.svg Venezuela - 2,803
  10. Flag of Norway.svg Norwegia - 2,786
  11. Flag of Kuwait.svg Kuwait - 2,675
  12. Flag of Nigeria.svg Nigeria - 2,443
  13. Flag of Brazil.svg Brasil - 2,166
  14. Flag of Algeria.svg Aljazair - 2,122
  15. Flag of Iraq.svg Irak - 2,008

(Diurutkan berdasar jumlah yang diekspor di 2006) dan total ekspor dalam juta barrel per hari

Catatan:
1 Total produksi termasuk minyak mentah, gas alam, kondesat dan cairan lainnya.
2 Flag of the United States.svg Amerika Serikat mengkonsumsi seluruh minyak yang diproduksinya.
3 Yang dicetak tebal adalah negara-negara anggota OPEC.

Sumber: Statistika Energi dari pemerintah AS

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas