Sabtu, 16 Januari 2010

All about my seas * Beranda * Putri * Agusset * Aji jump to navigation Survey dan Perbaikan Pipa Gas dengan alat ROV

Remotely operated underwater vehicles (ROVs) merupakan nama yang digunakan untuk robot di dunia industri lepas pantai. ROV sangat bermanfaat dan mudah dilepas dan dioperasikan dari kapal. Robot ini dihubungkan dengan kabel dan dilengkapi dengan video camera dan peralatan lainnya untuk survey dan pekerjaan bawah laut. Sistem tenaga hidraulik yang besar terdapat pada alat ini. Peralatan tambahan dapat pula dipasang pada ROV, seperti sonar, magnetometer, pemotong dan lain-lain.

Salah satu aplikasi penggunaan peralatan ROV ini adalah survey dan perbaikan pipa dibawah laut, yaitu survey posisi dan pemetaan dasar laut untuk melihat keamanan pipa dan jaringannya. Bila pipa dan jaringannya dibiarkan begitu saja maka akan timbul kerugian yang besar apalagi kalau pipa itu pecah dan meledak, maka pasokan gas akan terputus. Oleh karena itu seringkali kegiatan survey ini selalu bersamaan dengan perbaikan pipa atau dikenal dengan rektifikasi pipa.

Ini merupakan proyek atau pekerjaan oceanografi yang besar dan mahal disamping membutuhkan peralatan ROV, manusia yang berkeahlian dan kapal survey. Kapal surveynya sendiri juga mempunyai peralatan dynamic position (DP) yaitu semacam baling-baling atau thruster. Hal ini diperlukan, karena kapal tidak boleh buang jangkar ditengah laut pada saat survey sehingga tidak mengganggu pipa-pipa yang akan disurvey dan direktifikasi.

Pipa gas dan jaringannya terhampar begitu saja dibawah laut, kondisi topografi bawah laut itu seperti halnya didarat, turun naik, berbukit-bukit tingginya bervariasi antara 0 sampai 60 meter. Kondisi inilah yang menyebabkan pipa gas itu bebas atau yang sering disebut dengan istilah freespan, artinya pipa itu tidak didukung oleh penyangga diantara dua buah bukit. Freespan bisa panjang-panjang, kalau freespan-nya panjang maka perlu adanya penyangga biasanya digunakan karung-karung yang dicor semen. Karung-karung tersebut dengan nama grout bag. Pekerjaan itu semuanya ditangani oleh ROV. Ada juga istilah touch down untuk ujung-ujung pipa yang menempel atau menyentuh bukit diantara free span.

ROV tidak saja melakukan pekerjaan tersebut diatas, tetapi alat ini digunakan untuk memutar valve atau stop kran yang menghubungkan jaringan pipa dengan platform atau anjungan. Ada banyak ball-valve (BV) yang diputar dan ditutup atau dikenal dengan istilah exercise.

ROV seolah mata dan tangan kita, seolah-olah kita menyelam didasar laut. Kita seakan-akan menyelam dan bekerja dibawah laut. Pekerjaan ini mengasyikan, tetapi kalau datang arus kuat didasar laut dan juga di permukaan laut, hal itulah yang “kurang” mengasyikan. Kapal akan goyang, terkadang peralatan seperti laptop, digital camera dan alat penunjang lainnya terlempar dari meja kerja kita. Inilah tantangan bekerja di laut. Para oceanographer selalu membuat prediksi-prediksi harian tentang gelombang, cuaca, arah angin, tinggi gelombang laut, wave, petir, hujan dan lain sebagainya yang dapat diperoleh informasinya dari platform dan stasiun terdekat, serta Radar di kapal survey. Bila kita amati di radar kapal survey, maka akan termonitor kapal-kapal disekitar kita, dan pergerakan awan dan hujan disekitar kita dengan radius yang cukup besar. Tentu saja radar dapat mendeteksi kecepatan awan dan hujan berikut arahnya.

Awak kapal (vessel-crew) oceanographer, surveyor (geodesy) dan teknisi selalu melakukan latihan keselamatan kerja yang kita sebut sebagai safety drill. Safety drill adalah sangat penting, mengingat kita bekerja dilaut lepas yang rawan kecelakaan kerja.

Kegiatan Survey da Rektifikasi

Kegiatan survey dan rektifikasi pipa gas dan jaringannya yang menghubungkan antara platform atau anjungan yang berada di lepas pantai perairan barat Natuna atau dikenal dengan west Natuna Sea ini memerlukankan waktu sekitar 6 bulan, yang diselingi dengan pengambilan bahan-bahan seperti semen, batu kerikil dan makanan dari Batam. Sedangkan kapal survey berangkat dari Singapura. Inilah ironisnya, kapal-kapal survey itu selalu berlabuh di Singapura, tidak mau di Batam, karena alasan birokrasi di Indonesia yang terlalu rumit (njelimet dan bikin bingung), juga terlalu banyak pungutan liar atau setengah liar. Padahal dari sisi teknis pelabuhan di Batam sudah memadai untuk digunakan sebagai pelabuhan kapal-kapal survey.

Teknologi tepat guna bawah laut adalah dengan menebar atau menghampar kerikil didasar laut yang lembek atau dikenal dengan soft sea bad. Pada tanah yang lembek itu biasanya grout bag ambles dan posisinya menjadi tidak tegak, bahkan cenderung miring akibat adanya kekuatan arus bawah laut. Problem ini acapkali terjadi di periran Natuna Barat bagian utara. Hal ini berbeda dengan di bagian selatan yang dekat Batam dan Singapura yang sea bad nya cukup stabil. Mengapa hal ini terjadi? Ini yang masih harus dijawab oleh para oceanographer.

Banyak hal yang ditemukan pada saat survey seperti halnya fish-net yaitu jaring-jaring ikan yang menyangkut di pipa gas, marine grout (tumbuhan laut) yang menempel di pipa. ROV takut terhadap fish net ini, karena bisa merusak thruster atau baling-baling penggerak ROV. Kalau nyangkut ROV akan mati dan harus ditarik keatas. Ini sangat berat, karena ROV work class yang digunakan beratnya lebih dari 1 ton, tetapi bisa dikerek dengan alat katrol yang dilengkapi dengan mesin pengkerek ROV.

Klasifikasi ROV

ROV ada berbagai macam , ada yang kelas inspeksi (inspection-class) dan yang kelas kerja atau (work-class). ROV kelas inspeksi seperti gambar dibawah ini :

ROV sea eye falcon ini kecil dan agak ringan, biasanya digunakan untuk survey dan pekerjaan test karat (catodhic protection) konstruksi platform dan bangunan air lepas pantai, sedangkan yang work-class seperti dibawah ini:

ROV inilah yang digunakan untuk survey dan rektifikasi pipa gas bawah laut.

http://lautanku.wordpress.com/2007/06/26/survey-dan-perbaikan-pipa-gas-dengan-alat-rov/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar