Sabtu, 16 Januari 2010

MINYAK UNTUK KITA

Bumi dan seluruh isinya diciptakan Tuhan untuk manusia. Semua yang ada di atas atau permukaan bumi dan yang di dalam perut bumi, diserahkan kepada manusia untuk mengelolanya. Sebelum manusia diciptakan, terlebih dahulu diciptakan bumi yang sudah siap huni..

Para ahli ilmu astronomi berpedapat bahwa penciptaan alam diawali dengan terjadinya ledakan besar energi cikal bakal alam (teori Big Bang). Teori ini berdasarkan kenyataan, alam semesta saat ini sedang mengembang. Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan dengan teleskop Hubble milik Amerika Serikat yang diluncurkan NASA pada 1990. Teleskop yang sangat canggih ini mencatat bahwa semua benda langit sedang bergerak saling menjahui. Dan itu terjadi secara merata di berbagai penjuru langit.

Para pakar memperkirakan kejadian itu berlangsung pada 12 miliar tahun yang lalu. Dalam kurun waktu itu alam semesta mengalami pendinginan secara berangsur-angsur. Bersamaam dengan itu, tercipta benda langit secara bertahap seperti nebula, galaksi, matahari, planet dan satelit.

Diantara sekian banyak planet yang ada, yang paling ideal kondisinya untuk bisa memunculkan kehidupan adalah bumi. Di bumi tersedia daratan untuk kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Di bumi juga tersedia air yang berlimpah. Sekitar 2/3 permukannya ditutupi oleh air. Di perut bumi juga tersedia berbagai kandungan yang dapat dimanfaatkan manusia.

Proses penciptaan alam yang panjang ini untuk menyongsong keberadaan manusia yang diperkirakan baru muncul sekitar 10 juta tahun yang lalu.

Minyak Bumi

Salah satu kandungan di perut bumi yang bisa dimanfaatkan manusia berupa minyak dan gas bumi (Migas). Manusia tidak tahu pasti bagaimana proses terjadinya Migas. Dugaan terjadinya minyak berasal dari berbagai jenis organisme laut, hewani dan nabati. Beraneka makhluk, utamanya ikan besar dan kecil serta aneka fosil atau rangka makhluk yang sudah mati terbenam di bawah lapisan endapan-endapan lumpur dan pasir jauh di dasar lautan.

Bersama lapisan-lapisan tersebut, mengendap pula lumpur-lumpur lain yang bercampur dengan bahan-bahan organik. Benda tersebut dihanyutkan oleh sungai-sungai dari darat ke laut. Sebagai akibat dari tindihan lapisan-lapisan yang berat itu, ditambah daya berar air laut, yang sama-sama menekannya ke bawah, endapat-endapat pasir dan lumpur tadi berubah menjadi lapisan batu atau karang yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan lapisan sedimen.

Lapisan sediment ini ada yang tercipta dari butiran-butiran kecil yang melekat satu sama lain. Batu atau lapisan itu mempunyai lubang-lubang kecil atau pori yang dapat ditembus oleh cairan. Butiran-butiran yang sangat halus ini mengendap di lautan yang letaknya lebih jauh dari pantai dan kemudian membentuk batuan tanah liat yang disebut serpih (shale). Lapisan-lapisan tersebut kemudian makin lama makin menebal sampai ratusan bahkan ribuan meter.

Proses ini berlangsung selama jutaan tahun secara berkelanjutan. Meskipun tidak diketahui dengan pasti bagaimana bahan-bahan yang terdapat dalam lapisan-lapisan sedimen itu menjadi migas, namun inilah tahapan awal terjadinya pembentukan migas. Bahan-bahan utama ini berubah semula padat menjadi cair, setengah cair atau menjadi gas.

Diduga, proses terbentuknya migas itu terjadi sejak 500 juta tahun. Tapi ada juga yang memperkirakan 1000 juta tahun lalu, bahkan ada yang berpendapat 2000 juta tahun lalu.

Sementara proses penciptaan minyak berlangsung, bentuk permukaan bumi mengalami perubahan pula. Sebagian permukaan ada yang terdorong ke atas dan ada yang terdorong ke bawah. Lapisan-lapisan batu yang terdapat di bawahnya tergencet ke samping sehingga berkerut atau terlipat dan menjadi retak-retak. Inilah yang membuat bumi kita berbentuk seperti sekarang ini, ada benua, pulau dan samudera.

Bersamaan dengan itu, ada batu sedimen yang mengandung minyak terdorong dari bawah ke atas permukaan laut. Itulah sebabnya mengapa batu-batu yang mengandung minyak itu tidak selalu terdapat di bawah laut, tetapi terdapat juga di daratan.

Pada proses terjadinya minyak, ia bergerak atau migrasi mencari lapisan-lapisan yang banyak berlubang renik (porosus), disitulah ia terkumpul yang biasa disebut “reservoir bed’ atau reservoir rock”. Lapisan seperti inilah yang dicari-cari oleh para ahli pertambangan.

Karena reservoir rock itu mengandung air di lubang-lubangnya dan minyak lebih ringan dari air, maka minyak lalu mencari bagian tertinggi diantara semua lapisan. Pengembaraanya terhenti pada bagian yang ditutupi oleh batuan-batuan yang kedap udara (cap rock). Disitulah minyak akhirnya terperangkap (chusnul busro).***

http://chbusro.blogspot.com/2009_05_01_archive.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar