Features: Pipeline Guerrillas |
December 30, 2008 |
Pipa-pipa minyak merupakan sarana vital pendistribusian dan transportasi produksi migas yang membentang dan mengular menembus batas wilayah, negara, bahkan antar-benua. Dengan biaya yang diperkirakan mencapai US$ 1 juta untuk pembangunan per mil pipa saluran migas, tak mengherankan bila pipa-pipa ini menjadi aset berharga dan sarana vital yang bisa mempengaruhi banyak sektor. Tapi, apa jadinya bila pipa-pipa itu menjadi sasaran empuk para teroris atau pemberontak di berbagai belahan negara? Terutama di negara-negara konflik, dalam 2 dasawarsa belakangan ini pipa-pipa penyalur produksi migas menjadi semacam simbolisasi dari perlawanan anti-kemapanan dan protes terhadap pemerintah yang dilakukan oleh para pemberontak atau milisi setempat. Gempuran-gempuran bahan peledak yang meluluhlantakkan pipa-pipa emas hitam oleh para gerilyawan bak bagian dari cerita-cerita film atau novel tentang si baik versus si buruk; si miskin versus si kaya. Sebut saja kejadian di Meksiko pada awal Juli lalu. Sejumlah letusan bom menghentikan aliran gas alam dari pipa saluran PEMEX di Meksiko. The Leftist Popular Revolutionary Army disebut-sebut bertanggung jawab atas serangan itu. Tak ayal, sekitar 1.200 perusahaan merasa dirugikan dengan penghentian dan penutupan pipa tersebut. Lalu, yang tak kalah memprihatinkan adalah kejadian serupa di Nigeria, produsen menyak kedelapan terbesar di dunia. Kelompok militan Movement for the Emancipation of the Niger Delta (Mend) adalah pihak utama yang bertentangan dengan pemerintah dan investor asing dalm 16 tahun terakhir. Mereka memasang target menghentikan sepertiga dari 2,5 juta barrel per hari produksi minyak Nigeria dan meminta kompensasi luar biasa atas pengerukan kekayaan Nigeria dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pengolahan minyak mentah di negaranya. Menurut Chris Cantell dari perusahaan sistem pengamanan pipa bawah laut Westminster, sistem perlindungan pipa-pipa migas memang harus disesuaikan dengan sejumlah keperluan yang berbeda, termasuk kemampuan pendeteksian hingga kemampaun mengenali lokasi insiden di mana pun. Seperti dilakukan Westminter di kawasan Amerika Selatan, dengan pengoperasian sistem pengamanan canggih yang memanfaatkan pengendalian sensor serat optik serta pemindai DDS-J Diver Detection Sonar, penyelamatan dini dari ancaman kerusakan yang lebih parah bisa ditanggulangi. Selain alat canggih, gangguan pasokan minyak mentah juga bisa diminimalkan dengan bentuk alternatif transportasi titik pendek yang disambungkan dengan memindahkan distribusi mengelilingi wilayah yang mengalami kerusakan. “Di era dunia global yang tidak pasti ini, ancaman terhadap pipa-pipa saluran minyak tidak bakal hilang. Artinya, perusahaan migas harus tetap waspada dan terus menginvestasikan uangnya untuk sistem pengamanan pipa-pipa saluran itu,” ucap Cantell. Diolah dari offshore-technology.com; foto: istimewa) |
Minggu, 10 Januari 2010
Pipeline Guerrillas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar