Minggu, 10 Januari 2010

Pipeline Guerrillas

News Picture header
Features: Pipeline Guerrillas
December 30, 2008

Pipa-pipa minyak merupakan sarana vital pendistribusian dan transportasi produksi migas yang membentang dan mengular menembus batas wilayah, negara, bahkan antar-benua. Dengan biaya yang diperkirakan mencapai US$ 1 juta untuk pembangunan per mil pipa saluran migas, tak mengherankan bila pipa-pipa ini menjadi aset berharga dan sarana vital yang bisa mempengaruhi banyak sektor. Tapi, apa jadinya bila pipa-pipa itu menjadi sasaran empuk para teroris atau pemberontak di berbagai belahan negara?

Terutama di negara-negara konflik, dalam 2 dasawarsa belakangan ini pipa-pipa penyalur produksi migas menjadi semacam simbolisasi dari perlawanan anti-kemapanan dan protes terhadap pemerintah yang dilakukan oleh para pemberontak atau milisi setempat. Gempuran-gempuran bahan peledak yang meluluhlantakkan pipa-pipa emas hitam oleh para gerilyawan bak bagian dari cerita-cerita film atau novel tentang si baik versus si buruk; si miskin versus si kaya.

Sebut saja kejadian di Meksiko pada awal Juli lalu. Sejumlah letusan bom menghentikan aliran gas alam dari pipa saluran PEMEX di Meksiko. The Leftist Popular Revolutionary Army disebut-sebut bertanggung jawab atas serangan itu. Tak ayal, sekitar 1.200 perusahaan merasa dirugikan dengan penghentian dan penutupan pipa tersebut.
Contoh lain adalah pipa Cano Limon, patungan Occidental Petroleum Corp yang berbasis di Los Angeles dan perusahaan migas Kolumbia Ecopetrol. Mengangkut 110 ribu barrel minyak per hari, gelontoran minyak disalurkan dari wilayah provinsi kaya minyak Arauca yang berbatasan dengan Venezuela menuju kota pantai Covenas di Karibia. Mulai beroperasi pada 1986, Cano Limon kerap dijadikan sasaran para gerilyawan sayap kiri yang menuduh pihak asing telah menyedot kekayaan alam dari Kolumbia. Antara 1986 hingga 2002 setidaknya telah terjadi sekitar 900 percobaan sabotase! Dari kejadian itu diperkirakan 2,5 juta barrel minyak mentah raib. Yang terparah adalah peledakan pipa sebanyak 170 kali pada 2001, yang melumpuhkan Cano Limon selama 266 hari. Rentetan kejadian itu sampai-sampai membuat Kongres AS meminta anggaran tahun 2003 sebesar US$ 98 juta untuk pelatihan, tindakan pencegahan, dan bantuan udara pengamanan pipa saluran Kolumbia.

Lalu, yang tak kalah memprihatinkan adalah kejadian serupa di Nigeria, produsen menyak kedelapan terbesar di dunia. Kelompok militan Movement for the Emancipation of the Niger Delta (Mend) adalah pihak utama yang bertentangan dengan pemerintah dan investor asing dalm 16 tahun terakhir. Mereka memasang target menghentikan sepertiga dari 2,5 juta barrel per hari produksi minyak Nigeria dan meminta kompensasi luar biasa atas pengerukan kekayaan Nigeria dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pengolahan minyak mentah di negaranya.
Melihat besarnya kerugian akibat peledakan dan sabotase pipa-pipa saluran migas tersebut, berbagai cara telah ditempuh untuk memerangi ulah para gerilyawan tersebut, seperti peningkatan upaya keamanan, patroli, serta pemanfaatan teknologi atau solusi pemendaman pipa-pipa di bawah tanah. Namun, sejauh ini upaya-upaya tersebut kurang menelurkan hasil yang maksimal. Buktinya, tahun ini, berbagai kejadian peledakan pipa-pipa migas masih saja terjadi.

Menurut Chris Cantell dari perusahaan sistem pengamanan pipa bawah laut Westminster, sistem perlindungan pipa-pipa migas memang harus disesuaikan dengan sejumlah keperluan yang berbeda, termasuk kemampuan pendeteksian hingga kemampaun mengenali lokasi insiden di mana pun. Seperti dilakukan Westminter di kawasan Amerika Selatan, dengan pengoperasian sistem pengamanan canggih yang memanfaatkan pengendalian sensor serat optik serta pemindai DDS-J Diver Detection Sonar, penyelamatan dini dari ancaman kerusakan yang lebih parah bisa ditanggulangi. Selain alat canggih, gangguan pasokan minyak mentah juga bisa diminimalkan dengan bentuk alternatif transportasi titik pendek yang disambungkan dengan memindahkan distribusi mengelilingi wilayah yang mengalami kerusakan. “Di era dunia global yang tidak pasti ini, ancaman terhadap pipa-pipa saluran minyak tidak bakal hilang. Artinya, perusahaan migas harus tetap waspada dan terus menginvestasikan uangnya untuk sistem pengamanan pipa-pipa saluran itu,” ucap Cantell.


Diolah dari offshore-technology.com; foto: istimewa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar