Sabtu, 16 Januari 2010

SEBERAPA BANYAK MINYAK KITA

Banyak yang menyesalkan kondisi perminyakan kita. “Kita ini negara kaya minyak. Kenyatannya, tidak bisa memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga harus impor minyak mentah maupun BBM. Akhirnya, harus terusir dari kelompok negara pengekspor minyak (Organizational Petroleum Exporter Countries = OPEC). Ini karena salah urus,” keluh banyak orang.

Sebenarnya, seberapa banyak kandungan minyak dan gas (migas) di bumi pertiwi ini. Tak ada yang tahu pasti seberapa banyak minyak kita dan dimana pastinya minyak berada. Yang bisa dilakukan hanya kira-kira dan dugaan saja.

Untuk membuktikan adanya minyak hanya bisa dilakukan dengan melakukan pemboran. Dibagian mana bumi yang akan dibor, dilakukan dengan menerka-nerka saja. Semula (semenjak 100 tahun lalu), pada umumnya pemboran dilakukan di tempat yang terdapat rembesan minyak ke permukaan bumi.

Dengan kemajuan teknologi, sebelum dilakukan pemboran terlebih dahulu dilakukan kegiatan pembuatan peta topografi wilayah yang diperkirakan terdapat minyak. Pembuatan peta dapat dilakukan dengan pemotretan dari udara. Cara ini paling efektif dibanding pemetaan di daratan, yang memerlukan waktu lama dan menghadapi kendala alam, seperti hutan belantara, rawa-rawa, tebing gunung dan gangguan binatang buas.

Setelah daerah yang diselidiki ditetapkan, selanjutnya para ahli bumi (geologi) masuk ke hutan-hutan atau rawa-rawa untuk mengadakan penyelidikan yang lebh teliti. Mereka mencari contoh-contoh batu atau lapisan batu yang muncul di permukaan karang atau tebing-tebing untuk diperiksa di laboratorium. Para geolog juga melakukan pemboran dangkal (shallow drilling) untuk mendapatkan contoh-contoh batu di dalam tanah.

Setelah itu, dilakukan penyelidikan seismik, yaitu dengan cara menimbulkan gempa kecil atau getaran-getaran di bawah tanah. Dinamit diledakkan sedalam 30 meter di dalam tanah. Ledakan dilakukan beberapa kali pada beberapa titik. Gelombang-gelombang getaran dari ledakan ini turun ke bawah dan memantul kembali ke permukaan bumi. Pantulannya menjadi kuat bila membentur pada batuan-batuan keras dan lemah bila terbentur pada batuan-batuan yang lunak. Getaran-getaran tersebut direkam dan kemudian hasilnya dibuat peta lapisan bawah tanah. Peta ini menggambarkan kondisi batuan, sehingga dapat diperkirakan tempat keberadaan minyak.

Minyak pada umumnya berada di lapisan batu-batuan yang banyak berlubang. Karena minyak lebih ringan dari air, maka minyak lalu mencari bagian tertinggi diantara semua lapisan. Disitulah minyak akhirnya terperangkap.

Pengeboran eksplorasi

Untuk membuktikan kebenaran perkiraan ini, ya harus dilakukan pemboran. Jika pemboran terletak di hutan, terlebih dahulu harus dibangun jalan atau merencanakan pengangkutan lewat udara. Berbagai fasilitas lain juga harus disiapkan, seperti asrama, bengkel, listrik, air dan kebutuhan lain. Setelah itu, barulah dibangun menara bor. Jika pemboran di laut, maka diperlukan ponton untuk menampung fasilitas tadi.

Pemboran dapat dilakukan hingga kedalaman 3000 meter. Setiap pemboran diperlukan semacam lumpur yang mengandung bahan-bahan kimia. Lumpur ini dimasukkan kedalam lubang sumur sebagai alat pelicin dan pendingin pahat (mata bor) serta untuk menyumbat sisi-sisi lubang supaya tidak longsor. Lumpur ini kemudian naik kembali ke atas permukaan tanah dengan membawa kepingan-kepingan batu yang dikerat oleh pahat bor. Pemboran dinyatakan berhasil jika terdapat indikas-indikasi minyak pada kepingan-kepingan batu atan tanah yang terbawa lumpur dari dalam sumur ke atas permukaan.

Pengeboran yang dilakukan pertama kalinya ini disebut pengeboran eksplorasi. Walaupun diindikasikan terdapat minyak, jika jumlahnya tidak cukup banyak, pengeboran tidak akan dilanjutkan karena tidak ekonomis untuk diusahakan. Itulah sebabnya mencari minyak ada unsur ‘gambling’ atau untung-untungan. Biaya yang dikeluarkan cukup besar, sedangkan hasilnya belum tentu didapat.

Kandungan minyak di negara kita masih ‘menjanjikan’. Tahun ini sudah ditetapkan 11 wilayah kerja (WK) migas pemenang tender dengan komitmen investasi sebesar Rp. 2,07 triliun.

Dari hasil kajian eksplorasi yang telah dilakukan, cadangan terbukti 2008 sebesar 3,75 miliar barel minyak dan 112,48 Trillion Cubic Feet (TCF) gas. Sedangkan cadangan potensial, yaitu perkiraan berdasarkan kajian tanpa dilakukan pemboran besarnya 4,47 miliar barel minyak dan 75,60 TCF gas.

Jika cadangan terbukti tidak bertambah dan setiap hari minyak diproduksi sebesar 960 ribu barrel, maka minyak akan habis pada 11 tahun mendatang. Sedangkan gas akan bertahan hingga 39 tahun mendatang, jika produksi gas sebesar 8 juta kaki kubik seperti saat ini (chusnul busro).***

http://chbusro.blogspot.com/2009_05_01_archive.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar