Jumat, 15 Januari 2010

Peran Ilmu

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata "Apakah Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu serta mensucikan-Mu ?" Tuhan berfirman "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui". Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kalian memang orang-orang yang benar". Mereka menjawab "Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain daripada apa yang telah Engkau beritahukan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana". Allah berfirman "Wahai Adam beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah (Adam) memberitahukan kepada mereka (para malaikat) nama-nama benda itu, Allah berfirman "Bukankah Aku sudah mengatakan kepada kalian, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian rahasiakan/sembunyikan ?". Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat "Sujudlah kepada Adam". Maka mereka pun bersujud kecuali Iblis, ia enggan dan sombong, dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS Al Baqarah 30-34).

Melalui ayat-ayat tersebut di atas, Allah Subhanahu wa ta'ala menginformasikan tentang penciptaan Adam, sebagai prototype manusia modern nenek moyang kita. Sebagaimana juga Allah telah memberitahukan tentang sesuatu hal yang amat besar, yang terjadi sebelumnya. Oleh karenanya para malaikat pun serta merta bertanya dengan maksud mengetahui hikmah, dan bukan dimaksudkan sebagai protes atau pengingkaran terhadap Allah serta kedengkian terhadap Adam beserta anak keturunannya. Tidak dijumpai hadits yang menjelaskan tentang pertanyaan para malaikat pada ayat-ayat tersebut, kecuali para sahabat menafsirkannya. Seperti yang dikatakan Qatadah "Mereka (para malaikat) menyaksikan kehidupan bangsa jin sebelum kehidupan Adam". Abdullah ibnu Umar juga mengatakan "Ribuan tahun sebelum penciptaan Adam, bangsa jin telah melakukan pertumpahan darah. Kemudian Allah Azza wa Jalla mengutus sepasukan malaikat mengusir jin-jin tersebut ke wilayah pinggiran". Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnu Abbas. Penafsiran mereka didasarkan pada firman Allah "Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (penciptaan Adam) dari api yang sangat panas" (QS Al Hijr 27).

Kita harus menghargai sekaligus memaklumi pendapat atau penafsiran para sahabat tersebut, sesuai perkembangan ilmu pengetahuan di jaman itu yang belum semaju seperti saat ini. Di jaman para sahabat tersebut, belum muncul ilmu geologi, paleontologi/paleo-anthropologi dan sebagainya yang berkaitan dengan kehidupan di muka bumi sebelum Adam. Di sinilah pentingnya peran ilmu dalam memahami ayat-ayat Allah dalam Qur'an, khususnya ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam. Sehingga dalam memahami firman Allah dengan pertanyaan para malaikat seperti pada ayat di atas dapat dipahami dengan ilmu pengetahuan modern saat ini. Seperti dalam tulisan saya terdahulu, baik yang dimuat dalam majalah Panji Masyarakat 15 tahun lalu, maupun dalam Mimbar Jum'at beberapa waktu yang lalu, bahwa sebelum Nabi Adam berada di muka bumi, ada beberapa jenis manusia yang pernah hadir, dari manusia yang paling primitif seperti binatang, sampai manusia pra-modern yang sudah berbudaya. Mereka datang dan lenyap dengan selang waktu antar jenis-jenis manusia itu lamanya puluhan ribu sampai ratusan ribu tahun. Dan mereka bukan dari bangsa jin seperti yang dikatakan para sahabat tersebut, karena jasad bangsa jin itu berupa energi dan bukan materi seperti manusia, sehingga ketika bangsa jin itu mati langsung lenyap tak bersisa dan tidak mungkin menjadi fosil.

Dari firman Allah QS Al Baqarah 30-34 yang terjemahannya dikutipkan di atas, juga menginformasikan kepada kita bahwa secara primordial manusia Adam dan seluruh keturunannya mempunyai potensi berilmu. Allah telah memberikan perangkat akal kepada manusia sehingga manusia itu berilmu, disamping juga memberikan hati-nurani (qalbu) untuk mengemban tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi agar sesuai aturanNya. Inilah yang membedakan manusia dengan malaikat atau pun dengan binatang, meskipun secara biologis manusia itu juga termasuk binatang. Pengetahuan malaikat maupun binatang hanya rekaman dari apa yang pernah dilihat atau dialaminya, karena Allah tidak memberikan akal kepada mereka, sehingga mereka seanantiasa tunduk patuh kepada Allah / sunnatullah, tidak ada yang membangkang seperti golongan jin dan manusia. Oleh karena itu, ketika Allah memerintahkan kepada para malaikat agar mereka sujud kepada Adam, para malaikat itu mematuhinya. Dan yang menolak perintah Allah tersebut adalah Iblis.

Siapakah Iblis ini ?. Dalam ayat yang lain dijelaskan, Allah berfirman "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu ?" Iblis menjawab "Aku lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" (QS Al A'raaf 12). Para mufasir seperti Hasan Bashri dan Syahr bin Hausyib mengatakan "Iblis itu bukan dari golongan malaikat sama sekali. Iblis itu berasal dari golongan jin". Hal ini sesuai firman Allah "Dia menciptakan manusia dari (saripati) tanah kering seperti tembikar, dan menciptakan jin dari inti nyala api" (QS Ar Rahmaan 14-15), serta sabda Rasulullah saw "Malaikat itu diciptakan dari nur (cahaya), jin diciptakan dari nyala api, sedangkan Adam diciptakan (dari tanah) seperti apa yang disebutkan kepada kalian" (HR Muslim dari 'Aisyah). Dengan demikian, Iblis ini termasuk golongan jin yang sangat mungkin memiliki akal seperti manusia sehingga mereka pun berilmu, hanya berbeda alam saja dimana mereka berada di alam energi yang tak tampak, sedangkan manusia berada di alam materi yang nyata, meskipun sama-sama tinggal di bumi. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam firmanNya "Dan sesungguhnya kami (bangsa jin) mengetahui bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri dari (kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak akan dapat melarikan diri daripadaNya. Dan sesungguhnya kami (para jin) ketika mendengar petunjuk (Allah), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan penambahan dosa serta kesalahan. Dan sesungguhnya di antara kami (jin-jin) ada yang taat dan ada pula yang menyimpang dari kebenaran" (QS Al Jin 12-14).

Adanya peran ilmu dan didukung peran hati-nurani (qalbu) seyogyanya jin dan manusia itu cenderung menjadi makhluk yang taat kepada Allah selaku penciptanya. Namun jika peran ilmu tanpa didukung peran qalbu, maka akan cenderung menjadi makhluk yang berani menentang dan mengingkari Allah, karena didasarkan atas logikanya semata serta tumbuhnya sikap arogansi sebagaimana kisah Iblis dalam firman Allah QS Al A'raaf 12 di atas. Pada ayatNya yang lain, Allah juga mengisahkan : Iblis berkata : "Apakah aku harus bersujud kepada (Adam) orang yang Engkau ciptakan dari tanah ?" Iblis (juga) berkata : "Terangkanlah kepadaku, inikah (Adam) orangnya yang Engkau muliakan atas diriku ? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya aku benar-benar akan menyesatkan anak keturunannya, kecuali sebagian kecil (dari mereka)". Tuhan berfirman : "Pergilah ! barangsiapa di antara mereka (manusia) yang mengikutimu, maka sesungguhnya neraka Jahanam adalah balasan kalian semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkudamu dan pasukan yang berjalan kaki. Dan berserikatlah dengan mereka melalui harta dan anak serta berilah janji kepada mereka. Dan tiada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka kecuali tipuan belaka. Sesungguhnya kamu tidak dapat berkuasa atas hamba-hambaKu (yang mukhlis). Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga" (QS Al Isra' 61-65).

Iblis berkata "Ya Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, niscaya aku akan menjadikan mereka (manusia) memandang baik perbuatan maksiat di muka bumi, dan aku pasti akan menyesatkan mereka semua kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka". Allah berfirman : "Inilah jalan yang lurus, kewajibanKulah (menjaganya). Sesungguhnya terhadap hamba-hambaKu tidak ada kekuasaan bagimu atas mereka, kecuali orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang sesat" (QS Al Hijr 39-42). Sebuah pelajaran berharga buat kita semua selaku manusia, apakah akan mengikuti jalan Allah yang lurus atau menjadi pengikut Iblis yang sesat ? Atas peran ilmu juga, jalan yang lurus dan benar itu jelas dan jalan yang sesat juga telah jelas. Manusia bebas memilihnya dengan segala konsekuensinya. Sudah tentu bagi kita yang telah memilih jalan Allah yang lurus dan benar, konsekuensinya wajib mentaati segala aturan Allah dengan penuh keikhlasan, sesuai petunjukNya dalam Qur'an dan mengikuti tuntunan utusanNya (Nabi Muhammad saw) melalui hadits shahih. Dan alhamdulillah, melalui peran ilmu kita kembali bersilaturahim sambil saling mengingatkan. Semoga kita semua menjadi hamba-hamba Allah yang mukhlis, amien.

http://migas-indonesia.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar